Friday, December 13, 2019

Mendekati 40

Usia balita adalah usia emas dimana orang tua haruslah menyadari bahwa anak pada usia ini adalah waktu yang tepat untuk mengoktimalkan pertumbuhan dan perkembangangannya. Kualitas dan kuantitas dari orang tua juga menentukan kecerdasan otaknya dan sebagai orangtua tentu Kita ingin anak bertumbuh kembang dengan baik.

Hari ke hari, bulan bertemu bulan, tahun berganti tahun. Seharusnya aku telah mampu menyadari bahwasanya diri ini telah tua. Tetapi karena jiwa ini selalu merasa muda aku tak menyadari  hal itu. Merasa paling gagah, pintar berpikir dan bertindak, bijak dalam mengelola keuangan, apapun yang ku mau pasti kubeli, cari duit tak henti. Potar otak atur strategi. Hal.inilah mungkin yang selalu membuat aku selalu merasa muda. Tapi satu hal yang selalu terpatri, merasa muda itu boleh dan sah , asal jangan cari daun muda karna aku tau kasus kopi sianida akan menimpa.

Hari itu cahaya metahari lemah tak menyapa, sinarnya redup tak hangatkan jiwa. Secangkir kopi panas diatas meja memanggil jiwa yang sedang lemah.  Ku rogoh kantung jeans yang kupakai memgeluarkan sebungkus cigarrate filter dan Handphone. Ku bakar cigarrate itu dan ku sruput kopi hitam buatan istriku. Dalam diam aku mulai membuka media sosial. Iseng ku buka-buka foto-foto yang pernah ku upload satu demi satu sambil mengingat momentum pada setiap gambar yang menjadi saksi bisu. Tersenyum ku sendiri sambil kuhembus panjang hasil hisapan cigarrate filterku.
Lincah jemariku menscroll down setiap foto yang tersimpan di album media sosialku sampai aku terhenti pada sebuah foto anakku di tahun 2009 yang kuingat persis tempat, waktu, dan apa yang sedang dilakukan saat itu. Kupandang foto itu dan kenakalan dan kelucuan anakku menari membangkitkan gairah dan memberi semangat, serta energi baru.
Kupandang lagi dan lagi tiada jemu sampai ku tersadar oleh notifikasi pesan baru. Sejenak kuabaikan pesan itu dan tetap terpana pada foto anakku yang menurutku begitu imut. Teringat pula disaat aku mendidikmu dengan menanamkan aqidah didalam diri anakku dg disiplin dan keras serta selalu berkomitmen dan mayakini keridoan ALLAH SWT. dengan cara dalam mendidik anak-anakku.
Tersadar bahwa ada pesan masuk, buru-buru kubuka pesan itu dan ternyata dari adik perempuanku yang mengirimkan sebuah video yang berisi tentang Kak Rafli sudah sampai dirumah nenek dengan selamat.

Oooooh... pantas ku merasa lesu, gairah tak begitu menggebu karena tak terdengar suara tawamu, tak terdengar perintahmu pada adikmu, dan tak ada engkau nak tugas menyapu dan mebersihkan rumah terbeban padaku.
Kak  Rafli hari ini sudah dirumah nenek, pagi tadi jum'at 13 Desember 2019 si kakak naik.travel kerumah nenek sendiri. Sudah besar dan berani kau sekarang kak. Perubahan suaranyapun terngiang  ditelingaku. Kau selama ini selalu kuanggap masih kecil, yang belum mampu mandiri, yang selalu diperintah baru bekerja.
Ternyata aku salah ... aku salah menganggapmu masih kecil. Sekarang aku sadar bahwa kau sudah BESAR. Dan semakin besar pula keyakinanku bahwa kau kelak akan mampu hidup mandiri dan menjadi orang yang berkarakter dengan pengetahuan dan keterampilan yang akan selalu kuwariskan padamu dan adikmu dengan landasan ketaqwaan pada Allah yang Maha Besar.

Barulah kusadari bahwa diri ini tak muda lagi
Ayahmu tak muda lagi nak, suamimu sudah menyadari sudah bertambah tua, semakin matang ya ma.
Aku sadar sekarang, aku mengerti sekarang bahwa strategi baru dibutuhkan dalam mendidik kalian yang mulai dewasa ini tanpa menghentikan bermunajak pada Allah swt.  yang maha Membolak balikan hati memohon bantuan-NYA.
Doakan kami nak kesehatan, keberkahan umur, rezeki yang berlimpah, dan berangkat ke tanah suci agar selalu terpanjat dari kalian disaat percumbuanmu dengan Allah swt lewat sholat, dan tadarusmu wahai anak-anak yang sholeh dan sholeha.